Sabtu, 14 Maret 2009

the 2009 JAVA JAZZ Report By Iro-Iro!!

Yo, Minna san... Hisashiburi dane! Seperti yang kalian tahu, pada tanggal 6, 7 dan 8 Maret kemarin telah diadakan sebuah event akbar tahunan Axis Java Jazz 2009. Pada kesempatan itu pula gw dan Lutfi berkesempatan untuk menonton event tersebut selama 3 hari berturut-turut. Meski memang melelahkan karena yah...bayangin aja, kita nyampe di venue jam 4 sore dan baru bisa nyampe di rumah jam 3 pagi, dah gitu hampir semua event yang kami saksikan tu berdiri semua, jadilah kaki dan pinggang kami terasa lumpuh semua!

Tapi it's alrite, worthed banget karena selama 3 hari tersebut kita berdua bisa nonton penampilan-penampilan yang luar biasa dari artis-artis dan musisi Jazz terbaik di dunia, beberapa nama yang sempat kita berdua saksikan itu adalah Peabo Bryson, Bryan McKnight, Eliane Elias, Matt Bianco, Dave Weckl, Simon Philips dan masih banyak lagi. Tapi kali ini gw nggak bakal ngebahas artis- artis itu, kali ini gw mau ngebahas para musisi Jepang yang juga berkesempatan untuk tampil di salah satu event jazz terbesar di Asia ini. Di line up band dan artis Jepang yang tampil adalah, Toku, Quasimode, Isao Suzuki dan Soil and "Pimp" Session. Mungkin 3 nama pertama yang gw sebut tu masih agak asing di telinga kalian, tapi nama Soil Pimp pasti sudah cukup sering kalian dengar, karena lagu-lagu mereka sudah beberapa kali gw puter di Iro-Iro.

Ok, nggak perlu banyak pembukaan lagi.. ini dia para musisi-musisi tersebut.

Petualangan gw untuk menonton Jazzer Jepang ini dimulai pada hari kedua, yaitu pada hari Sabtu, tanggal 7. Artis Jepang pertama yang tampil di event ini adalah Toku, tampil di ruang Merak pada jam 7an gw sama sekali belum tau apa yang bisa gw harap gw dengar dari seorang Toku, karena saat itu gw cuma tau dia adalah seorang vocalis dan juga peniup flugelhorn yang sudah sering bermain dengan beberapa artis J-pop macam Ken Hirai dan M-flo.

Akhirnya setelah dia dan para musisi pendukungnya naik ke atas pentas yang nampak adalah sesosok pria Jepang yang sangat ramah dan karismatik dan juga mampu berbahasa Inggris dengan sangat baik, hal ini memang dikarenakan ia telah lama menetap di Amerika. Malam itu Toku hadir dengan membawa beberapa musisi untuk mengitinginya, yaitu: Takana Miyamoto (Piano), Ryota Sakamoto (Bass) dan Fuyu (Drum). Ketiganya juga adalah session player yang sering sekali tampil bersama Toku, bahkan Takana-San telah cukup sering menciptakan lagu untuk Toku.


Pada kesempatan itu Toku memainkan beberapa komposisi originalnya yang terdapat di album terbarunya dan juga lagu-lagu lain yang di aransemen ulang seperti Fly me to the moon. Tampil dengan aliran smooth Jazz yang easy listening, rasanya nyaman sekali untuk mendengarkan suara Toku yang dalam dan berat, apalagi ketika dia memainkan flugelhornnya, ternyata permainan flugelhornya juga mantap sekali. Tak ada aransemen yang terlalu berat di lagu- lagu yang dia mainkan, hanya melody dan permainan yang sederhana namun tetap jazzy. Faktor lain yang juga membantu adalah interaksinya yang sangat baik dengan para penonton, kemampuannya yang dapat berbahasa Inggris dengan baik adalah faktor yang sangat membantu karena dengan modal itulah ia dapat menjalin chemistry yang unik dengan penontonnya.


Penampilan kedua malam itu yang gw saksikan adalah Quasimode, band ini juga sebenarnya bukanlah nama yang asing bagi para penikmat Jazz Indonesia. Karena itu rasanya nggak heran jika ruang Cendrawasih 1&2 yang digunakan sebagai stage penampilan mereka sudah terisi penuh dengan para penggemar Quasimode yang telah sabar menanti dari awal. Tampil full band, kelompok yang beranggotakan: Hirado Yusuke (piano), Takahiro "Matz Matsuoka" (perkusi), Kazuhiro Sunaga (Bass) dan Takashi Okutsu (Drum), tampil sangat energik dengan konsep bermusik mereka bahwa "Jazz harus bisa menjadi musik yang dapat digunakan untuk berdansa", sebuah konsep yang sangat unik, agak mengingatkan pada gaya swing big band gitu lah.

Sebagai Informasi saja, Quasimode mulai mencuri perhatian dunia setelah mereka merelease debut albumnya "oneself - LIKENESS", lalu single kedua mereka "Ipe Amarelo" juga dinominasikan sebagai Track of the Year oleh All Winners 2006, sebuah program dari radio BBC. Kejayaan mereka dimulai ketiga studio album kedua mereka, "The Land of Freedom" masuk dalam peringkat ke-4 di BEST JAZZ RECORDS 2007, album ini juga lalu dilisensi dan didistribusikan ke seluruh dunia oleh sebuah label dari Jerman, JAZZANOVA. "SOUNDS OF PEACE" adalah album ketiga mereka, album ini juga meraih sukses dengan menduduki peringkat kedua di TOWER RECORDS’ Jazz chart dan juga dinobatkan oleh I-tunes sebagai album Jazz terbaik. Dengan segudang prestasi seperti itu rasanya besar harapan gw untuk mendapat sebuah tontonan yang pastinya keren abis.

Malam itu ruang Cendrawasih sukses dibuat menjadi lantai dansa. Permainan fast tempo swing dari Takashi berpadu manis dengan pattern bass swing yang diperagakan Kazuhiro, ditambah dengan permainan enerjik Matz pada conga nya dan iringan piano Yusuke. Semangat dan emosi mereka benar- benar membakar panggung malam itu, mereka telah dengan sukses menunjukkan kepada para penonton yang hadir apa arti dari konsep "Jazz sebagai lagu dansa" itu.

Penampilan mereka malam itu lalu diakhiri dengan sebuah encore yang tak terduga. Biasanya sebuah band di Java Jazz itu jarang sekali memberikan encore, namun karena desakan dan sambutan yang sangat meriah dari para penonton akhirnya mereka mempersembahkan 1 lagu terakhir sebagai hadiah perpisahan mereka dengam para penonton malam itu. It was a wonderfull night! Sumpah!

Dan itulah akhir dari hari ke-2 Java Jazz.. kalo masih penasaran ma penampilan di hari ke-3 Java Jazz tunggu aja abis ini.. Java Jazz report by tetsu to be continue... hehe…